Film Athirah, Gambarkan Sosok Ibunda Jusuf Kalla

Film Athirah
Wakil Presiden Jusuf Kalla saat menghadiri Gala Premier Film Athirah di XXI Epicentrum, Jakarta, Senin (26/9). (Foto: Release Insider)

Release Insider | FILM Athirah menggambarkan sosok ibunda Jusuf Kalla. Sang Wakil Presiden yang akrab disapa JK itu pun tak kuasa menahan haru ketika menyaksikan sosok ibundanya tergambar di layar lebar.

Jusuf Kalla bersama Ibu Negara Mufidah Jusuf Kalla, ikut hadir dalam Gala Premier Film Athirah di XXI Epicentrum Jakarta, kemarin. Keduanya tampak begitu sumringah.

’’Terima kasih sudah membuat film tentang kisah ibu saya. Semoga film ini bermanfaat dan menginspirasi para penonton di tanah air,’’ ujar Jusuf Kalla seraya menyalami menyalami para aktor, artis, sutradara, dan sejumlah pemeran film besutan Sutradara Riri Reza itu.

Jusuf Kalla mengaku, ada beberapa kejadian dalam film Athirah tersebut yang tidak sama persis dengan kejadian sesungguhnya, tapi jelas sekali dari mana inspirasinya. ’’Saya memahami persepsi Riri Riza. Sebagai sutradara, dia punya ruang yang biasanya disebut dengan lisensi kreatif, untuk mengadaptasi cerita ini. Tidak masalah. Yang penting roh kisah ini tepat sekali, bahkan sampai ke selera humornya,” kata JK sambil tertawa.

Jusuf Kalla tidak panjang menyampaikan pesan di acara itu. Tidak seperti biasa, wapres yang berbaju batik gelap itu irit bicara. Dirinya memang tidak mau berpanjang kata, karena ingin segera menikmati premier film yang memotret masa kecil dan remajanya itu.

Film Athirah
Poster Film Athirah

Film Athirah diadaptasi dari novel karya Alberthiene Endah dengan judul yang sama. Sebuah cerita yang terinspirasi dari kisah nyata.

Athirah diperankan dengan bagus oleh Cut Mini. Ia menjadi sosok yang menggambarkan pergulatan seorang perempuan Bugis yang ingin mempertahankan keutuhan keluarganya saat ada perempuan lain memasuki kehidupan suaminya. Suasana yang tidak mudah bagi keluarga itu.

Di saat yang sama, anak lelaki tertuanya, yang masih remaja, Jusuf Kalla yang dipanggil Ucu, (diperankan oleh Christoffer Nelwan), mengalami kesulitan memahami Athirah dan konflik yang tengah terjadi di tengah keluarganya.

Tentu tidak mudah mendesain film yang kejadiannya sudah lampau, suasana berubah, keadaan dan semua propertinya juga sudah beda. Sosok Haji Kalla diperankan oleh Arman Dewanti, seorang sutradara dan aktor asli Sulawesi Selatan.

’’Riri memutuskan ingin memakai otentisitas dialek Sulawesi Selatan. Padahal, aksen Bone itu tidak mudah dan berbeda dengan aksen Makassar. Beruntung Arman punya modal itu sehingga ia bisa membantu Christoffer dan Cut Mini untuk dialek Makassar,’’ kata sang produser, Mira Lesmana.

Karakter utama lainnya di film ini adalah sosok Ucu. Menentukan pemeran Ucu itu sendiri sangat berisiko. Karena itu, Mira dan Riri ingin mencari aktor asli Jakarta agar dapat melakukan persiapan yang cukup panjang sebelum proses syuting dimulai.

Mira dan Riri betul-betul struggling dalam menentukan pemeran Ucu, karena saat itu Christoffer mulai sibuk persiapan ujian SMA. Selain itu, Christoffer juga sudah sekolah di Belanda.

Waktunya sangat mepet untuk proses syuting. Alhasil Mira dan Riri berspekulasi. “Akhirnya kita putuskan untuk tetap diperankan oleh Christoffer dengan risiko menunggunya sampai tidak sibuk dan kita drill di minggu-minggu terakhir menjelang syuting. Hasilnya, Christoffer itu sangat extraordinary talented, ” kata Mira.

Pengambilan gambar dan suara dilakukan selama 31 hari di tiga kota berbeda, yaitu Makassar, Sengkang, dan Pare-Pare. Setting utama film ini adalah rumah Athirah yang dibangun di kota Makassar. Dibutuhkan sekitar 1,5 bulan untuk mengubah sebuah asrama mahasiswa menjadi rumah kuno era 1950an.

Adegan terbanyak di film ini pun dilakukan di dalam rumah, baik itu ruang keluarga, ruang makan, dan kamar tidur. Untuk itu dibutuhkan banyak perabot rumah tangga kuno era 1950 hingga 1960an sebagai pelengkap cerita.

Lagi-lagi ini bukan persoalan mudah bagi tim artistik film ini untuk bisa mengisi rumah Athirah yang akan dijadikan lokasi syuting. Semua barang yang ditampilkan harus sesuai dengan zamannya.

’’Melihat begitu pesatnya perkembangan Sulawesi Selatan belakangan ini, kami sempat mengalami kesulitan untuk mencari perabot yang dibutuhkan saat itu. Sampai pada akhirnya kami menemukan kolektor barang antik di Makassar yang bisa memenuhi apa yang kami butuhkan,” ujar Riri Riza.

Tak hanya soal mencari pemeran Ucu kecil dan mencari properti syuting, kendala lain yang dihadapi oleh tim produksi adalah saat membangun setting kantor Haji Kalla yang berada di sebuah kawasan niaga.

’’Lokasi aslinya sebenarnya ada di Makassar, tapi kami tidak dapat lokasi itu di Makassar. Jadi untuk menemukan lokasi yang hampir mirip seperti cerita aslinya kami harus pindah sekitar 150 KM ke utara Sulawasi, yaitu di kota Sengkang. Kota ini merupakan penghasil kain tenun sutra Bugis. Jadi akhirnya kami bangun dan ciptakan setting di Makassar,” jelas Riri.

Kisah Athirah di film yang diproduksi Miles Films ini tidak hanya menggambarkan kehidupan budaya pada suatu masa namun juga bisa menjadi cerminan perempuan Indonesia masa kini. ”Athirah itu kalau menurut kami tetap sangat aktual untuk dilihat hari ini. Apa yang dulu terjadi pada Athirah, masih juga dialami oleh banyak perempuan saat ini. Hanya saja, bisa dikatakan perempuan modern sekarang masih punya pilihan, tindakan apa yang akan mereka lakukan jika mengalami kondisi seperti itu,” tuturnya.

Namun, di saat yang sama banyak juga yang tidak bisa berbuat apa-apa, entah itu karena tekanan agama, tekanan keluarga, atau lain sebagainya, karena mereka tetap merasa bahwa poligami tetap tidak bisa ditolak.

’’Walaupun ceritanya masa lalu, sebagai perempuan kita bisa berkaca, what would I do, what should I do?” ungkap Mira Lesmana.

Film ini akan mulai beredar di bioskop Tanah Air pada 29 September 2016. So, jangan sampai terlewatkan! (ncy)

INFO FILM
Title: Athirah
Genre: Drama
Release Date: September 2016
Production: Miles Films

CAST
Cut Mini: Athirah
Christoffer Nelwan: Ucu Remaja
Jajang C. Noer: Ibunya Athirah
Arman Dewarti: Puang Ajji
Indah Permata Sari: Ida Remaja
Tika Bravani: Ida Dewasa
Nino Prabowo: Ucu Dewasa
Dimi Cindyastira: Aini
Fanesa Kayla: Ira
Irmawati Jabbar: Aisyah
Andreuw Parinussa: Daeng Rusdi
Andi M. Fajrin: Karim
Naafi Ramadhan: Abduh
Tan Kok Siong: Tauke Hong
Nabila Qadriyanti: Teman Kantor Ida
Budiman Chandra: Penjual Emas
Abdul Rodjak: Pedagang Sayur
M. Zaki Ayatillah: Ucu (Kecil)
Atifa Naurah: Aini (Kecil)
Kekey: Ira (Kecil)
Pirlo & Mario: Salman
Aufar & Fadlan: Salman (Baby)
Erna: Asisten Rumah Tangga

FILMMAKER
Riri Riza: Sutradara
Mira Lesmana: Produser
Solihin Jusuf Kalla: Produser Eksekutif
Muhammad Zaidy: Produser Pendamping
Imelda Jusuf: Produser Eksekutif Pendamping
Marah Laut C. Noer: Produser Eksekutif Pendamping
Toto Prasetyanto: Produser Pelaksana
Yadi Sugandi: Penata Sinematografi
Eros Eflin: Penata Artistik
W. Ichwandiardono: Penyunting Gambar
Juang Manyala: Penata Musik
Satrio Budiono: Penata Suara
Sutrisno: Penata Suara/Perekam Suara
Chitra Subyakto: Penata Kostum
Jerry Octavianus: Penata Rias.