Release Insider | DETEKSI dini kanker sangat penting bagi setiap orang. Akan tetapi, tak semua masyarakat, terutama kalangan kurang mampu, dapat melakukannya.
Dalam rangka merayakan ulang tahunnya yang ke-40, Yayasan Kanker Indonesia (YKI) bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), menggagas kegiatan kesehatan untuk keluarga nelayan di Kali Adem, Muara Angke, Jakarta Utara.
Kegiatan kesehatan ini berupa edukasi untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan kesadaran masyarakat di pesisir pantai terkait penyakit kanker dan pentingnya pola hidup sehat dalam mencegah kanker, serta deteksi dini kanker.
Ketua Panitia HUT YKI ke-40 drg Sally Sudrajat, Sp.OM, menyatakan, pilihan untuk menyasar para nelayan di Kali Adem ini didorong oleh lokasi yang dekat dan karena sangat concern-nya Menteri KKP Susi Pudjiastuti pada nasib para nelayan.
Baca juga: Usia Wanita Terkena Kanker Serviks Semakin Muda
’’Kegiatan ini akan menyasar pada bapak, ibu dan anak di wilayah Kali Adem, untuk mendapatkan pemeriksaan deteksi dini kanker. Yaitu deteksi dini kanker paru-paru untuk bapak, deteksi dini kanker serviks dan kanker payudara untuk ibu, dan deteksi dini kanker retinoblastoma untuk anak-anak,” tutur drg Sally saat acara berlangsung di Kali Adem Jakarta, Minggu (7/5).
Menurutnya, pemilihan jenis kanker tersebut didasarkan fakta bahwa saat ini ketiga kanker tersebutlah yang menjadi penyebab tertinggi kematian pasien.
’’Target kegiatan ini adalah penurunan angka kematian yang diakibatkan oleh kanker dan juga angka penderita. Pengobatan tidak dapat menurunkan tingkat kematian, karena seringkali pasien yang datang sudah dalam stadium lanjut, yang tingkat harapan hidupnya sudah menurun,” ujar Prof. DR. Aru Sudoyo selaku Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia.
Prof Aru menjelaskan bahwa tingkat harapan hidup penderita kanker stadium awal itu antara 74 persen hingga 93 persen. Tapi jika sudah memasuki stadium lanjut, atau stadium 3 dan selanjutnya, maka tingkat harapan hidup menurun hingga 1-15 persen saja, bergantung pada jenis kankernya.
’’Tujuan kegiatan edukasi ini adalah untuk mengembangkan kesadaran pada masyarakat bahwa kanker bisa dicegah dengan menggalakkan hidup sehat dan melakukan deteksi dini secara teratur,” ucap Prof Aru.
Prof Aru menegaskan bahwa faktor keturunan hanya memiliki porsi 20 persen pada histori penderita kanker, dibandingkan lingkungan yang memengaruhi hingga 80 persen.
’’Salah satu yang dapat dilakukan adalah menjaga tetap mengkonsumsi makanan yang sehat dan tanpa pengawet, berolahraga secara teratur, menghindari rokok dan minuman keras,” kata Prof Aru.
Baca juga: Masalah Kesehatan yang Jadi PR Indonesia
Ia mencontohkan, makanan yang mampu menjadi pemicu kanker adalah daging merah yang dimasak dengan temperatur tinggi sehingga menyebabkan ujung daging gosong. Menurut penelitian, daging yang seperti ini mampu memicu pertumbuhan kanker di badan manusia.
Acara yang melibatkan 1.000 nelayan ini dimulai dengan senam sehat pada pukul 06.30 pagi yang dipimpin oleh instruktur senam sehat dari Angkatan Laut. Acara dilanjutkan dengan sambutan dari Prof Aru selaku Ketua Umum YKI dan Menteri Susi Pudjiastuti, yang dilanjutkan dengan demo masak bahan dasar makanan laut dari keduanya.
’’Demo masak ini, merupakan suatu bentuk edukasi dari Prof Aru dan Menteri Susi, untuk menunjukkan bagaimana makanan laut diolah menjadi makanan sehat dan bergizi,” ucap drg Sally.
Bersamaan dengan kegiatan ini, berlangsung pula pemeriksaan pada bapak, ibu dan anak yang sudah didaftar sesuai dengan nomor identitas kependudukan di lokasi yang tidak begitu jauh dari pelaksanaan senam.
’’Acara berlanjut dengan penilaian untuk perlombaan 40 kapal hias milik nelayan, yang diikuti dengan pelayaran kapal pemenang dengan disertai oleh Prof Aru dan Menteri Susi,” kata drg Sally menambahkan.
Acara diakhiri dengan dibacakannya ikrar Sahabat YKI oleh 30 dokter muda dan pembagian 1.200 paket sembako pada masyarakat nelayan, yang bernilai sekitar Rp120 juta, sumbangan para donatur YKI. (aan)