Indonesia Dilanda Krisis Insinyur 

Insinyur
Ilustrasi (Foto: IST)

Release Insider | INDONESIA dilanda krisis insinyur. Padahal, pembangunan infrastruktur di berbagai wilayah Indonesia, sedang gencar dilakukan.

Betapa tidak, dari kebutuhan untuk memiliki 175 ribu insinyur per tahun, saat ini Indonesia baru mampu menelurkan 42 ribu insinyur per tahunnya. Karena itu, untuk mengatasi masalah krisis insinyur ini, universitas di Indonesia perlu mengedepankan sistem pendidikan yang mumpuni.

Dalam menjawab tantangan ini, Sampoerna University sebagai bagian dari Sampoerna Schools System menggaet Louisiana State University (LSU) College of Engineering untuk berkolaborasi dalam pengembangan dan penyusunan kurikulum serta sistem pendidikan terbaik yang mampu melahirkan insinyur kelas dunia.

Rektor Sampoerna University, Wahdi Salasi April Yudhi, menuturkan, kampusnya mengedepankan sistem pendidikan Amerika berbasis science, technology, engineering, arts dan math atau STEAM, dalam menciptakan insinyur berkualitas yang dapat berkompetisi di tingkat nasional maupun internasional.

”Untuk mengimplementasikan sistem ini, kami mendapatkan banyak dukungan teknis dari pihak LSU sebagai salah satu universitas engineering terbaik di Amerika. Bahkan, dari 3.000 universitas engineering yang ada di Amerika, saat ini LSU berada di jajaran 100 universitas terbaik,” kata Wahdi.

Salah satu bentuk dari dukungan ini dibuktikan melalui kunjungan LSU Department Chair of Mechanical and Industrial Engineering, Dimitris E. Nikitopoulos, ke kampus Sampoerna University di Jakarta. Tujuan dari kunjungan ini adalah untuk melakukan transfer of knowledge kepada para mahasiswa dan tenaga pengajar di Faculty of Science and Technology Sampoerna University, khususnya di jurusan engineering.

Pengetahuan dan pengalaman Dimitris di bidang engineering di tingkat global, tentunya akan memberikan banyak inspirasi dalam menyempurnakan sistem pendidikan engineering di Sampoerna University.

Dimitris mengungkapkan, tak hanya di Indonesia, kebutuhan akan insinyur yang berkualitas menjadi sebuah fenomena global yang nyata terjadi. Saat ini, laju perkembangan teknologi berjalan dengan sangat pesat.

”Untuk dapat mengoperasikannya, dibutuhkan sebanyak mungkin insinyur berkualitas sehingga teknologi dapat dimanfaatkan sebagai inovasi dan solusi yang dapat memecahkan berbagai permasalahan di tengah masyarakat dan meningkatkan kualitas hidup,” ujarnya menjelaskan.

Lebih dari sekadar penguasaan di bidang teknis, insinyur masa depan harus memahami berbagai tantangan yang dihadapi dunia saat ini dan secara kritis menelaah berbagai masalah.  Misalnya, kemiskinan, ketimpangan sosial, hingga isu keberlanjutan lingkungan.

Dengan demikian, keberadaan mereka dapat memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan dan kesejahteraan masyarakat.

Melalui metode STEAM yang diterapkan oleh kedua universitas, akan lahir generasi insinyur yang mampu menjadi pemimpin yang peka terhadap kebutuhan masyarakat global, memiliki jiwa wirausaha, dan yang tak kalah penting mahir berkomunikasi agar inovasi yang mereka hasilkan dapat menjangkau banyak orang dan memberikan dampak yang maksimal terhadap lingkungan mereka.

”Sebagai contoh, di tahun terakhir studi mereka, para mahasiswa ditantang untuk mengerjakan sebuah proyek nyata bernama Capstone Design. Konsep yang dikembangkan oleh LSU sejak lebih dari 30 tahun ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menemukan masalah nyata di tengah lingkungan mereka, memformulasikan solusinya, dan mempresentasikannya di depan panel ahli yang terdiri dari para praktisi engineering,” tutur Dimitris.

Proyek yang dilakukan dalam bentuk kerja kelompok ini, lanjut Dimitris, adalah salah satu pra-syarat kelulusan yang melatih mahasiswa untuk berpikir kritis dan analitis dalam memandang atau memecahkan masalah, serta mengomunikasikan solusi mereka sebaik mungkin.

Selain dukungan dalam bentuk sistem edukasi, LSU juga memberikan dukungan teknis dalam bentuk fasilitas pembelajaran. Sampoerna University saat ini tengah membangun sebuah laboratorium engineering berstandar internasional yang dilengkapi dengan fasilitas mutakhir untuk membantu mahasiswa dalam berinovasi.

Laboratorium ini merupakan replika dari laboratorium engineering yang ada di LSU, di mana laboratorium ini diharapkan dapat memenuhi standar kualifikasi sertifikasi ABET (Accreditation Board for Engineering and Technology) seperti yang dimiliki oleh laboratorium di LSU.

ABET adalah akreditasi yang diberikan kepada program pendidikan tinggi berkualitas di bidang sains terapan, komputer, engineering, dan engineering technology. Lembaga ini tidak sembarangan memberikan akreditasi. Dengan kualifikasi dan standar yang sangat tinggi sampai saat ini baru ada 700 kampus di seluruh dunia yang mendapatkan akreditasi ABET.

Sampoerna University berharap rangkaian dukungan teknis yang diberikan oleh LSU dapat memberikan manfaat bagi para mahasiswa engineering di Sampoerna University, yaitu pengalaman dan kualitas pembelajaran yang setara dengan LSU sebagai salah satu universitas engineering terbaik di Amerika Serikat.

”Saat ini kami sangat siap, dengan kurikulum yang kami susun bersama dengan LSU, jajaran dosen lulusan PhD. dari Amerika Serikat, serta fasilitas terbaik yang mendukung inovasi, kami yakin dapat melahirkan bibit-bibit unggul yang mampu melahirkan ide-ide revolusioner di bidang engineering,” tutup Dr. Wahdi. (inx)