Jangan Sampai Wisata Bali Mengalami Stagnansi!

wisata bali

Release Insider | HINGGA saat ini, tingkat kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali, masih yang tertinggi. Akan tetapi, bukan berarti kondisi ini aman-aman saja. Jika tidak dilakukan terobosan-terobosan baru, wisata Bali bisa saja mengalami stagnansi.

Dari seluruh wisman yang masuk ke Indonesia pada 2015 yakni 10.406.759 orang, sebanyak 38,45 persennya atau 4.001.835 memilih Bali sebagai destinasi favorit. Hal ini ditunjang oleh suguhan dan hospitality yang baik bagi wisman.

Dosen STIMI Handayani Denpasar, Dewa Putu Oka Prasiasa, mengungkapkan kekhawatirannya akan tingkat wisman di Bali, jika tidak ada peningkatan kualitas, pilihan wisata, dan terobosan-terobosan destinasi.

”Saat ini tingkat wisata di Bali, sudah berkembang dengan baik. Tapi kondisi ini bisa memasuki tahap stagnansi dan akan bertemu dengan pilihan di tingkat selanjutnya, yaitu tahap rejuvenation atau menurun ke tahap decline,” tuturnya saat memberikan materi pelatihan SDM bagi kalangan jurnalis di Badung, Bali, Kamis (4/8) .

Sebelumnya, Dewa menjelaskan bahwa siklus hidup destinasi pariwisata secara berurut adalah exploration, involvement, development, consolidation, stagnation, dan rejuvenation atau decline.

”Tahap rejuvenation itu adalah terjadi perubahan dramatis dalam penggunaan dan pemanfaatan sumber daya pariwisata. Dan tahap decline adalah wisatawan tertarik dengan destinasi baru, fasilitas pariwisata kurang bermanfaat, destinasi menurun kualitasnya,” kata Dewa.

Menurut Dewa, pengembangan pariwisata budaya di Bali ada di tahap terluar. Karena itu, ia tidak begitu mengkhawatirkannya.

Ada hal-hal lain yang cukup ”mengganggu” Dewa dan memicu kecemasannya akan nasih wisata Bali ke depan. Apa saja?

”Seperti di kegiatan Pesta Kesenian Bali. Ada kecenderungan saat ini, kegiatan di pesta itu sudah keluar dari pakem. Awalnya yaitu eksplorasi hasil seni dari seluruh daerah di Bali yang dikemas dengan menarik tapi sekarang, di pesta kesenian itu lebih banyak hiburan untuk anak-anak yang tidak bernilai seni,” kata Dewa.

Ia juga mengungkapkan, hanya ada beberapa daerah wisata di Bali yang memiliki kestabilan berdasarkan kunjungan wisatawannya, dalam kurun 2010-2014. Dari data Disparda Bali Tanah Lot bertahan pada posisi satu. Sementara yang lainnya, masih naik turun.

”Misal Ulun Danu, yang pada 2010 ada di peringkat dua sempat turun ke peringkat empat empat di 2011 dan bertahan di peringkat tiga sepanjang 2012 – 2014,” imbuh Dewa.

Dewa meyakini, jika dilakukan terobosan-terobosan di pariwisata Bali dan ada kolaborasi bersama antara masyarakat, pemerintah, kalangan usaha dan media, maka wisata di Bali akan bertahan.

”Terpenting adalah jangan mengalahkan budaya hanya oleh pertimbangan ekonomi,” ujar Dewa menegaskan. (inx)