Mengamati Lebih Dekat Proses Kelahiran Kedua Badak Ratu

badak ratu

HUBUNGAN psikologis antara ibu badak dan anak keduanya yang baru lahir, terihat begitu indah. Sesekalinya keduanya saling bertatapan dan tidur berdampingan.

Ya, Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) bernama Ratu, telah melahirkan anak keduanya di Suaka Rhino Sumatera (SRS) Taman Nasional Way Kambas, Lampung, pada 12 Mei kemarin. Bayi badak betina tersebut hasil perkawinan badak Ratu dan badak Andalas.

Proses kelahiran itu diawali ketika badak Ratu menunjukkan pecahnya air ketuban.

Kemudian pada pukul 04.30 wib kantong amnion sudah mulai terlihat keluar, diikuti dengan keluarnya kaki belakang si bayi pada pukul 05.31 wib.

Kelahiran bayi badak tersebut terjadi pada pukul 05.40 WIB dengan posisi lahir presentasi posterior di mana kaki belakang keluar lebih dahulu. Bayi badak ini mulai berjalan pada pukul 06.37 wib dan menyusu pertama pada pukul 07.37 wib.

Pasca kelahiran anak kedua badak Ratu, semua berjalan baik-baik saja. Walaupun pada saat proses kelahirannya, adik Andatu tersebut sempat mengalami kesulitan dalam bernafas dan posisi lahirnya pun tidak sebagaimana mestinya, tapi selanjutnya semua berjalan sesuai yang diharapkan. Bayi badak itu bergerak normal dan mencoba memahami lingkungan sekitarnya, sampai akhirnya bisa menyusui induknya.

Di hari kedua pasca kelahiran, pergerakkan bayi badak semakin banyak. Ia mulai mengikuti gerak-gerik induknya dan sesekali berjalan di belakang induknya.

Ia juga mulai mengelilingi lingkungan sekitarnya sendiri. Aktivitas menyusui juga semakin sering di lakukan.

Pada hari ketiga bayi badak tersebut sudah mulai berlari-lari kecil, melompat-lompat dan kedapatan memakan kotoran induknya. Menurut dokter hewan, gejala ini adalah untuk membentuk flora anti penyakit di dalam badan si bayi badak.

Seluruh proses ini diawasi oleh perawat satwa, Drh. Zulfi Arsan dan Drh. Ni Made Ferawati, masing-masing dari Yayasan Badan Indonesia (YABI) serta didampingi oleh Drh. Scott Citino dari Kebun Binatang White Oak, Amerika Serikat, dan perawat satwa senior Paul Reinhart dari Kebun Binatang Cincinnati, Amerika Serikat yang telah berpengalaman mendampingi seluruh kelahiran anak badak Sumatera di penangkaran alami. Dalam proses menunggu kelahiran juga didampingi oleh Drh. Benn Bryant dari Kebun Binatang Taronga Western Plains, Australia.

Pada kehamilan kedua ini, badak Ratu mendapatkan tambahan hormon penguat kehamilan ”regumate” yang diberikan melalui makanan setiap harinya. Selain itu, jenis, variasi dan jumlah asupan pakan yang diberikan diperhatikan untuk mencukupi kebutuhan Ratu.

Selama dalam masa kehamilan ini pemeriksaan kesehatan kehamilan juga dilakukan secara rutin dengan alat Ultrasound (USG) minimal empat kali setiap bulannya. Sejak pertengahan April 2016 pemeriksaan dilakukan lebih intensif yaitu tiga hari sekali.

Sebelum kelahiran kali ini, pada 2012 di SRS telah lahir anak badak sumatera jantan bernama Andatu yang merupakan anak badak pertama yang lahir di penangkaran habitatnya (Asia) di Indonesia, 124 tahun setelah kelahiran badak Sumatera di Kalkuta.

Selain itu badak betina lain di SRS yang bernama Rosa yang sudah dipelihara sejak 200, padn Maret dan April lalu telah berhasil melakukan perkawinan dengan Andalas walaupun belum menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Saat ini badak jantan lain bernama Harapan yang datang dari Amerika Serikat pada November 2015 masih dalam proses adaptasi alamiah dan diharapkan mampu segera mengikuti jejak Andalas untuk menjadi bapak dari anak-anak badak Sumatera berikutnya.

Adapun badak betina lain yaitu Bina juga diharapkan masih dapat memberikan keturunan. Bina adalah satu-satunya badak Sumatera yang masih hidup dan berasal dari program penyelamatan badak Sumatera antara 1985-1991. Sampai saat ini Bina masih dalam kondisi sehat dan memberikan siklus reproduksi yang baik. (inx)