SUDAH saatnya Riau menyapa dunia. Sebab, potensi provinsi ini cukup besar. Jika selama ini Riau hanya mengandalkan pada komoditas minyak dan CPO, dipastikan pada 2020 mendatang nilai devisanya akan merosot tajam. Beda halnya dengan pariwisata yang trennya cenderung meningkat.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya, mengatakan, keputusan Riau menjadikan pariwisata sebagai sektor andalan, sudah tepat.
”Sektor pariwisata akan menjadi penghasil devisa terbesar mencapai Rp240 triliun,” kata Menpar Arief Yahya dalam peluncuran Calendar of Event Riau 2016 di Kantor Kementerian Pariwisata, Jumat (27/5) malam.
Provinsi Riau memiliki potensi pariwisata berupa daya tarik budaya (culture), alam (nature), dan buatan (manmade). Potensi ini tinggal ditingkatkan dengan strategi pemasaran yang diterapkan Kementerian Pariwisata.
Strategi promosi tersebut adalah dengan pendekatan DOT (Destination, Origin, dan Time), serta BAS (Brandidng/PR-ing, Advertising, dan Selling).
”Selain itu tiga komponen aksesbilitas, atraksi, dan amenities yang akan membentuk produk pariwisata di Riau semakin berkualitas dan memiliki daya saing tinggi, harus dibangun dan ditingkatkan,” kata Arief Yahya.
Apa saja potensi wisata Riau yang bisa mendongkrak devisa?
Dalam hal ini Menpar Arief Yahya mengatakan, Riau memiliki beragam atraksi menarik untuk ditonton. Antara lain Festival Budaya Pacu Jalur dan Bakar Tongkang.
Festival ini merupakan sebuah tradisi yang telah berjalan satu abad lebih, dan telah mampu mengundang banyak wisatawan mancanegara termasuk dari China yang mencapai 20 ribu orang.
”Riau juga memiliki event adventure tourism (wisata petualangan) dan sport tourism (wisata olahraga) yang perlu digencarkan strategi pemasaran dan promosinya,” ujar Arief.
Kembangkan Layar
Riau yang juga kerap disebut ”Bumi Lancang Kuning” memang identik dengan kekayaan minyak bumi dan hamparan kebun kelapa sawit. Pertumbuhan ekonominya terus berkembang.
Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman mengatakan, kekayaan sumber daya alam yang telah memberi berkah itu telah bertemu dengan keinginan kuat dari seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) dalam menghadirkan terobosan baru: sektor pariwisata.
”Bumi Lancang Kuning kini sedang berbenah mengembangkan layarnya dengan menjadikan pariwisata sebagai sektor andalan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menggerakkan roda perekonomian. Kami harapkan pariwisata akan mampu memberikan kontribusi positif terhadap sektor lainnya,” kata Arsyadjuliandi Rachman.
Menurutnya, peforma Provinsi Riau di sektor pariwisata pada 2015 lalu, cukup menggembirakan dengan aktif berpartisipasi di berbagai event pariwisata nusantara dan mancanegara. Di antaranya berhasil meraih predikat The best untuk penampilan seni dan budaya yang dilombakan pada China ASEAN Expo 12th di Nanning, China mewakili Indonesia.
Event Unggulan
Sejumlah event wisata unggulan sudah dikemas dalam kalendar tahunan Riau. Antara lain adalah ”Festival Bekudo Bono” yang berlangsung di Kuala Kampar, Kabupaten Pelalawan pada 4 -6 November 2016.
Secara umum bono adalah peristiwa alam yang berlatar pertemuan arus laut. Beradunya arus itu menimbulkan gelombang tinggi. Ombak dengan ketinggian mencapai 6 meter tersebut menarik perhatian para peselancar dunia.
Lazimnya, olahraga surfing memanfaatkan gelombang laut. Nah, di Kuala Kampar berselancar dilakukan di gelombang sungai.
Keunikan ini diklaim hanya ada dua lokasi di dunia, yakni Kuala Kampar, Riau dan Sungai Amazon, Brazil. Hal ini telah menarik perhatian para peselancar dunia seperti Steve King.
Beragam perusahaan appareal terkemuka seperti Rip Curl menurunkan tim. Bono juga mengundang awak televisi National Geographic untuk mengabadikan keunikan tersebut.
Terakhir trio peselancar Australia memecahkan rekorber selancar paling lama di gelombang sungai di Kuala Kampar dan menarik perhatian masyarakat dunia.
Event lain adalah Tour de Siak di Kabupaten Siak Sri Indrapura pada 21-25 September 2016. Ajang balap sepeda merupakan even internasional yang makin populer dari tahun ke tahun.
Sejumlah pembalap kawakan dunia pernah menjajal trek unik, yakni melintasi kebun sawit dan rute dengan pemandangan alam yang sedemikian khas.
Ada lagi ritual Pacu Jalur, yang akan berlangsung di Kabupaten Kuantan Singingi pada 24-28 Agustus 2016. Ritual ini telah memasuki usia lebih dari seabad.
Pacu Jalur adalah semacam lomba perahu naga yang dimuati 45 sampai 60 pendayung sekaligus. Bukan hanya soal siapa yang jadi pemenang, ritual tahunan ini lebih banyak menampilkan kearifan lokal semisal semangat bergotong royong sampai kebersahajaan dalam bersilaturahmi.
Selain itu, event Bakar Tongkang dipastikan akan menyedot minat wisatawan. Tahun ini, acara Bakar Tongkanf akan berlangsung di Bagan Siapi-api, Rokan Hilir, Riau pada 20-21 Juni 2016.
Bakar Tongkang adalah acara ritual yang juga tercatat sudah berlangsung lebih seabad yang melibatkan ribuan warga. Bakar Tongkang berbalut sejarah panjang kala perantauTiongkok tersesat di samudera luas.
Lalu pada pada 1-2 Oktober 2016 akan digelar Gema Muharram. Even ini kental dengan relijiusitas ketika ribuan warga tumpah ruah merayakan momentum 10 Muharram pada setiap tahun.
Keseriusan pemerintah Provinsi Riau dalam mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan tak terpaku pada event yang sudah ada . Saat ini sedang dirancang apa yang disebut dengan Riau Marathon. Lomba yang akan melibatkan pelari marathon berkelas dunia itu akan digelar di Pekanbaru pada 11 Desember 2016. (inx)