Dua Mahasiswi Unpar Berhasil Taklukkan Tujuh Puncak Dunia

Tujuh Puncak Dunia
Fransiska Dimitri Inkiriwang, dan Mathilda Dwi Lestari, dua mahasiswa Unpar yang berhasil menyelesaikan pendakian tujuh puncak dunia, berfoto bersama Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, di Kantor Staf Presiden, Jumat (8/6). (Foto: ksp)

Release Insider I DUA mahasiswi tim The Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahitala-Universitas Parahyangan Bandung (WISSEMU) berhasil menuntaskan pendakian tujuh puncak dunia. Mereka adalah Fransiska Dimitri Inkiriwang, dan Mathilda Dwi Lestari.

Mendaki tujuh puncak dunia, tentunya bukan hal yang mudah. Untuk itu, atas pencapaian ini, keduanya mendapat apresiasi dari Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko.

Didi –panggilan akrab Fransiska Dimitri Inkiriwang- dan Mathilda menyempurnakan empat tahun sejarah pendakian mereka dengan berhasil mencapai puncak Everest pada Kamis, 17 Mei 2018, pukul 05.50 waktu Kathmandu atau 07.05 WIB.

Sebelum menuntaskan pendakian Gunung Everest setinggi 8.848 m, tim ini telah mencapai puncak Carstensz Pyramid di lempeng Australiasia (4.884 m, 13 Agustus 2014), Elbrus di lempeng Eropa (5.642 m, 15 Mei 2015), Kilimanjaro di lempeng Afrika (5.895 m, 24 Mei 2015), Aconcagua di lempeng Amerika Selatan (6.962 m, 30 Januari 2016), Vinson Massif di lempeng Antartika (4.892 m, 4 Januari 2017), dan Denali di lempeng Amerika Utara (6.190 m, 7 Juli 2017).

’’Selamat atas prestasi luar biasa ini. Kalian telah menjadi kebanggaan bangsa, menggelorakan nama Indonesia di dunia internasional, sehingga orang luar tak bisa lagi menyepelekan negara kita,” kata Moeldoko di Bina Graha, Kantor Staf Presiden, Jumat (8/6).

Panglima TNI 2013-2015 ini menegaskan, perjuangan seperti yang dilakukan Didi dan Mathilda tidaklah mudah. ’’Mereka ini orang-orang hebat, yang selalu menjadikan tantangan sebagai kebutuhan. Semangat menghadapi tantangan ini harus diviralkan kepada generasi millenial,” kata Moeldoko.

Atas inspirasi dua pendaki tujuh puncak dunia ini, Kepala Staf Kepresidenan tak menampik jika mereka bisa dijadikan semacam ’’brand ambassador’’ atau duta bangsa. ’’Misalnya sebagai duta antinarkoba. Karena sangat ironis saat mereka bisa berprestasi hebat, namun anak-anak muda lain berkubang dengan penyalahgunaan narkoba,” ungkapnya.

Selain itu, keberhasilan Didi dan Mathilda dalam ’menaklukkan’ tujuh puncak dunia, diharapkan dapat memacu semangat atlet Indonesia dalam Asian Games 2018 untuk mencapai prestasi terbaik.

Saat mencapai puncak Everest, pada hari itu juga, Presiden Jokowi mengunggah ucapan selamat di akun twitternya: Indonesia berbangga atas prestasi Fransiska Dimitri dan Mathilda Dwi Lestari yang telah berhasil mengibarkan Bendera Merah Putih di puncak Gunung Everest. Dua srikandi yang telah menaklukkan tujuh puncak dunia. Luar biasa -Jkw

Bersama Mengatasi Perbedaan

Didi dan Mathilda menyatakan rasa syukurnya karena Sang Merah Putih dapat berkibar di tujuh puncak dunia. ’’Keberhasilan ini kami persembahkan untuk persatuan bangsa. Untukmu Indonesia,” kata Mathilda.

Mereka pun bercerita tentang beratnya tantangan di masing-masing gunung. ’’Yang paling berat di Denali Alaska. Selain karena dingin, di sana kami harus membawa sendiri beban masing-masing 40 kilogram,” kenang Didi.

General Manager WISSEMU Sebastian Karamoy menyatakan, proyek Seven Summit ini dijalani dengan ’jatuh bangun’ selama empat tahun, baik dalam mempersiapkan pendaki, tim, maupun juga sumber daya ekonominya.

’’Tak banyak yang mau jadi sponsor atau berinvestasi pada kegiatan ini, karena termasuk olahraga berisiko tinggi,” jelasnya.

Dengan kebersamaan, tim pecinta alam Universitas Parahyangan menyatukan tekad mengatasi perbedaan yang ada. Apalagi mereka terpacu karena jumlah pendaki perempuan yang berhasil mencapai tujuh puncak gunung di dunia ini tak sampai 100 orang. ’’Kami dalam tim ini berbeda agama, beda umur, beda generasi, tapi punya satu mimpi dan tujuan yang sama,” ungkapnya.

Sebastian mengungkapkan, selama 37 tahun anggota Mahitala -organisasi mahasiswa pencinta alam Universitas Katolik Parahyangan- menempa diri di Situ Lembang Batujajar, Bandung Barat. Selain mengasah fisik, di markas pelatihan Kopassus itulah mereka berlatih menguatkan ‘esprit de corps’ agar terbentuk rasa kebersamaan yang tinggi.

’’Kami Ingin berlatih di sana kembali,” kata Sebastian. (fai)