Indonesia Resmi Miliki Iradiator Gamma

Iradiator Gamma
Wakil Presiden Jusuf Kalla, didampingi Menristek Mohamad Nasir, dan Kepala BATAN Djarot Sulistio Wisnubroto, memberikan keterangan pers usai peresmian Iradiator Gamma Merah Putih di Puspiptek, Serpong, Rabu (15/11). (Foto: IST)

Release Insider | INOVASI anak bangsa di bidang teknologi nuklir kembali mengemuka dengan lahirnya Iradiator Gamma. Penemuan yang diberi nama Iradiator Gamma Merah Putih ini didesain, dibangun, sekaligus dioperasikan oleh anak-anak negeri.

”Ini adalah contoh pemanfaatan teknologi nuklir untuk damai. Bagaimana meningkatkan hasil pertanian di mana lahan berkurang. Teknologi ini adalah solusi untuk menghasilkan bibit yang baik,” ujar Wakil Presiden (Wapres) RI Jusuf Kalla, saat meresmikan Iradiator Gamma Merah Putih, di Puspiptek, Serpong, Rabu (15/11).

Iradiator Gamma merupakan sebuah prestasi yang membanggakan, di tengah penerimaan masyarakat atas pemanfaatan nuklir untuk energi yang masih diliputi kecemasan. Wapres Jusuf Kalla berharap peresmian iradiator gamma ini dapat memberikan sumbangsih baik bagi bangsa Indonesia maupun negara lain.

Baca juga: Tarik Ulur Energi Nuklir

Wapres melanjutkan, berkaitan dengan masalah logistik, kendala mendistribusikan logistik sampai ke negara lain salah satunya adalah waktu. Ia berharap, kendala waktu ini dapat diatasi sehingga memudahkan logistik.

Dalam peresmian iradiator Gamma Merah Putih, Wapres didampingi Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir, Kepala BATAN Djarot Sulistio Wisnubroto, dan Wali Kota Tangerang Selatan Airin. Selain iradiator gamma, Wapres juga meresmikan Laboratorium Radioisotop dan Radiofarmaka di Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR) BATAN.

Pada kesempatan yang sama, Menristekdikti memaparkan, dari sisi anggaran belanja untuk riset dan pengembangan, Indonesia memang masih memiliki keterbatasan. Alokasinya baru 0,25 persen GDP, atau jumlah totalnya sekitar Rp30,8 triliun, dan itu pun masih didominasi oleh APBN Pemerintah sebesar 84 persen. Hal ini berarti peran swasta atau Industri masih 16 persen.

Jumlah penelitinya baru berkisar 1.071 peneliti per satu juta penduduk, dan fasilitas. Sementara jika dibandingkan negara maju seperti Korea yang sudah mempunyai belanja R&D 4,2 persen per GDP, penelitinya sudah 8.000 orang per satu juta penduduk.

Namun di tengah kondisi tersebut, Menristekdikti mengapresiasi sebagian peneliti masih mampu menunjukkan prestasinya. Seperti capaian publikasi internasional terindeks global pada pertengahan tahun ini telah mampu melewati capaian Thailand. Padahal, sebelumnya, sudah 20 tahun lebih Indonesia selalu berada di bawah Thailand, Singapura, dan Malaysia untuk lingkungan Asean.

”Hari Kemarin kita telah mencapai angka 14 ribuan sementara Thailand masih berada di angka 12 ribuan,” ujar Nasir.

Baca juga: Potensi Limbah Radioaktif

Tidak hanya dipublikasi, Nasir menyebutkan beberapa inovasi juga telah ditelorkan oleh para peneliti anak-anak negeri. Seperti, temuan bibit padi SIDENUK oleh BATAN, bibit kedelai hitam Malika oleh UGM, Motor Listrik GESITS oleh ITS, metode percepatan penggemukan sapi secara genetik oleh LIPI, pengembangan kapal datar oleh UI, dan pengembangan N219 oleh LAPAN yang baru saja diberi nama Nurtanio oleh Presiden RI minggu lalu.

Nasir berharap Iradiator Gamma Merah Putih dan Laboratorium Radioisotop dan radiofarmaka ini dapat menjadi tonggak dimulainya kebangkitan teknologi nasional, dan dapat dimanfaatkan sebanyak-banyaknya untuk kepentingan masyarakat. (aan)