Release Insider | SAAT ini, masalah kesehatan ’’Triple Burden’’ menjadi ’’PR’’ alias pekerjaan rumah yang cukup besar bagi Indonesia. Sebab, masih adanya penyakit infeksi, meningkatnya penyakit tidak menular (PTM), dan penyakit-penyakit yang seharusnya sudah teratasi muncul kembali.
Pada era 1990, penyakit menular seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Tuberkulosis, dan Diare, merupakan penyakit terbanyak dalam pelayanan kesehatan. Akan tetapi, perubahan gaya hidup masyarakat menjadi salah satu penyebab terjadinya pergeseran pola penyakit (transisi epidemiologi).
Tahun lalu, masalah kesehatan PTM seperti Stroke, Penyakit Jantung Koroner (PJK), Kanker, dan Diabetes justru menduduki peringkat tertinggi.
Dalam rilis Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemkes), disebutkan bahwa meningkatnya PTM dapat menurunkan produktivitas sumberdaya manusia, bahkan kualitas generasi bangsa. Hal ini berdampak pula pada besarnya beban pemerintah karena penanganan PTM membutuhkan biaya yang besar. Pada akhirnya, kesehatan akan sangat memengaruhi pembangunan sosial dan ekonomi.
’’Penduduk usia produktif dengan jumlah besar yang seharusnya memberikan kontribusi pada pembangunan, justru akan terancam apabila kesehatannya terganggu oleh PTM dan perilaku yang tidak sehat,” tutur Menteri Kesehatan, Nila Farid Moeloek, dalam rangka Hari Kesehatan nasional (HKN) ke-52 di Jakarta, belum lama ini.
Selain itu, di era jaminan kesehatan nasional (JKN), anggaran banyak terserap untuk membiayai penyakit katastropik, yaitu: PJK, Gagal Ginjal Kronik, Kanker, dan Stroke. Pelayanan kesehatan peserta JKN juga didominasi pada pembiayaan kesehatan di tingkat lanjutan dibandingkan di tingkat dasar.
’’Fakta ini perlu ditindaklanjuti karena berpotensi menjadi beban yang luar biasa terhadap keuangan negara,’’ ucapnya.
Karena itu, Kementerian Kesehatan secara khusus mengingatkan masyarakat untuk menjaga kesehatan melalui gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS) guna mewujudkan Indonesia sehat. Dengan demikian, masalah kesehatan yang dihadapi bangsa Indonesia, bisa terpecahkan bersama.
Baca juga: Begini Cara ”Mengakali” Kolesterol Tinggi
Ya, GERMAS merupakan suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan, dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari keluarga, karena keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian.
GERMAS dapat dilakukan dengan beberapa cara. Antara lain melakukan aktivitas fisik, mengonsumsi sayur dan buah, tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, memeriksa kesehatan secara rutin, membersihkan lingkungan, dan menggunakan jamban.
Menkes menjelaskan, pada tahap awal, GERMAS secara nasional dimulai dengan berfokus pada tiga kegiatan. Yaitu, melakukan aktivitas fisik 30 menit per hari, mengonsumsi buah dan sayur; dan memeriksakan kesehatan secara rutin.
’’Tiga kegiatan tersebut dapat dimulai dari diri sendiri dan keluarga, dilakukan saat ini juga, dan tidak membutuhkan biaya yang besar,” kata Menkes.
Intinya, dengan melakukan tiga hal sederhana tersebut setiap hari, setiap orang mampu menjadi ”dokter” untuk masalah kesehatan mereka sendiri. Paling tidak, dengan menjaga gaya hidup dan pola makan yang sehat, masyarakat bisa terbebas dari masalah kesehatan yang selama ini mungkin sering ”merongrong” kehidupan.
GERMAS merupakan gerakan nasional yang diprakarsai oleh Presiden dengan mengedepankan upaya promotif dan preventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratif-rehabilitatif. Gerakan tersebut melibatkan seluruh komponen bangsa dalam memasyarakatkan paradigma sehat.
Untuk menyukseskan GERMAS, lanjut Menkes, tidak bisa hanya mengandalkan peran sektor kesehatan. Peran kementerian dan lembaga di sektor lainnya juga turut menentukan, dan ditunjang peran serta seluruh lapisan masyarakat.
’’Mulai dari individu, keluarga, dan masyarakat dalam mempraktekkan pola hidup sehat, akademisi, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan, dan organisasi profesi dalam menggerakkan anggotanya untuk berperilaku sehat, serta Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah dalam menyiapkan sarana dan prasarana pendukung, memantau dan mengevaluasi pelaksanaannya,’’ terangnya.
Lintas Sektor
Salah satu dukungan nyata lintas sektor untuk suksesnya GERMAS, di antaranya Program Infrastruktur Berbasis Masyarakat (IBM) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang berfokus pada pembangunan akses air minum, sanitasi, dan permukiman layak huni. Hal tersebut merupakan infrastruktur dasar yang mendukung Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan dalam hal keamanan pangan.
Dalam kehidupan sehari-hari, praktik hidup sehat merupakan salah satu wujud Revolusi Mental. GERMAS mengajak masyarakat untuk membudayakan hidup sehat, agar mampu mengubah kebiasaan-kebiasaan atau perilaku tidak sehat. Untuk itu, Pemerintah diwakili Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani, mencanangkan GERMAS pada 15 November 2016 di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta.
Tidak hanya di Bantul, GERMAS juga dicanangkan di sembilan wilayah lainnya, yaitu: Kabupaten Bogor (Jawa Barat), Kabupaten Pandeglang (Banten), Kota Batam (Kepulauan Riau), Kota Jambi (Jambi), Surabaya (Jawa Timur), Madiun (Jawa Timur), Pare-pare (Sulawesi Selatan), Kabupaten Purbalingga (Jawa Tengah), Kabupaten Padang Pariaman (Sumatera Barat).
Pencanangan GERMAS menandai puncak peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-52 yang jatuh pada 12 November 2016. Tahun ini, HKN ke-52 mengusung tema ’’Indonesia Cinta Sehat” dengan sub tema ’’Masyarakat Hidup Sehat, Indonesia Kuat”.
Tema ini harus dimaknai secara luas, seiring dengan Program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga melalui gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS). Secara khusus, GERMAS diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan peran serta masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan produktivitas masyarakat, dan mengurangi beban biaya kesehatan. (inx)