Release Insider | AJANG Thai International Travel Fair (TITF) bisa menjadi momen istimewa untuk menjaring wisatawan asal negeri gajah putih tersebut. Tak heran jika pihak Kementerian Pariwisata (Kemenpar), ikut memanfaatkannya.
Thai International Travel Fair akan berlangsung pada 15-19 Februari 2017 di Queen Sirikit National Convention Center, Bangkok, Thailand. Dalam pameran tersebut, Kemenpar menyewa lahan 90m 2 yang terletak di Hall A dengan nomor booth M16-23, M28-29.
Booth ini mampu memfasilitasi 20 industri pariwisata dari destinasi yang dipilih berdasarkan akses direct flight, tujuan wisata minat khusus (wisata selam), dan tujuan wisata yang berhubungan dengan reliji (Agama Budha). Yakni, Aceh, Sumatera Utara, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kemenpar I Gde Pitana, didampingi Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran Asia Tenggara Kemenpar Rizki Handayani, memaparkan,Thai International Travel Fair 2017 diselenggarakan oleh Thai Travel Agents Association (TTAA).
Ini merupakan pameran pariwisata yang bersifat consumer show (B to C) dengan target untuk menggaet calon turis dari Thailand. Sesuai dengan target fokus pengunjungnya, pameran ini menjadi referensi bagi warga Thailand dalam mencari alternatif tujuan wisata ke luar negeri.
”Ini momentum yang sangat penting untuk bisa meraih pasar Thailand, karena paritispasi di TITF 2017 merupakan pasar yang besar khususnya pada periode pertama yaitu 20 th TITF,” kata Pitana dan Rizki Handayani.
Rizki menambahkan, selama lima hari penyelenggaraan TITF 2017, akan banyak aktivitas yang aktraktif dan interaktif bagi para pengunjung booth Indonesia. Sebut saja seperti Minuman Khas dan Refreshment Corner, Demo atau Workshop Corner, Virtual Reality (VR) Corner, Games dan Gift Redemption, dan Peta Indonesia Interaktif.
Baca juga: Kemenpar Siapkan Tiga Program Prioritas
Ya, Kemenpar memang terus mengejar performanya di setiap lini. Termasuk target market dari negara-negara tetangga, seperti Thailand, karena 43 persen wisatawan mancanegara yang masuk ke negara-negara ASEAN, berasal dari negara-negara anggota ASEAN sendiri. Lalu, 36 persennya seperti China, Jepang, Korea, Hong Kong, Taiwan, India, dan lainnya.
Berdasarkan statistik UNWTO, wisatawan internasional di negara-negara ASEAN, berasal dari sumber intra ASEAN. Yaitu negara-negara anggota ASEAN sendiri dengan persentase rata-rata 50 persen.
Menurut Rizki, pada 2017 Kemenpar menargetkan sebanyak 15 juta wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia, dan 45 persennya merupakan turis yang berasal dari ASEAN.
”Untuk mencapai target tersebut, kami menerapkan strategi yang signifikan terkait dengan peraturan, anggaran pemasaran dan promosi serta pengembangan infrastruktur dan destinasi. Indonesia telah sangat proaktif dalam menarik wisatawan internasional untuk datang ke Indonesia dan menjelajahi tanah air kita tercinta,” tuturnya.
Proaktif
Untuk mencapai target kunjungan wisatawan mancanegara, pemerintah Indonesia juga telah proaktif dalam menyederhanakan peraturan. Hal ini dilakukan demi memudahkan semua wisatawan yang ingin datang dan menjelajahi Indonesia.
Salah satu kemudahan itu adalah kebijakan bebas visa kunjungan (BVK) untuk masuk ke Indonesia. Kebijakan inu telah diberlakukan bagi 169 negara per 2 Maret 2016.
Pemerintah juga telah mengeluarkan peraturan baru untuk menarik lebih banyak yacht masuk ke Indonesia dengan mencabut Clearance Approval for Indonesia Territory (CAIT). Dengan demikian, diperkirakan bahwa kunjungan kapal pesiar ke Indonesia akan mencapai 5.000 kapal pesiar pada 2019 dengan pendapatan sebesar USD 500 juta.
Terobosan lain yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia yaitu mencabut peraturan cabotage untuk kapal pesiar di 5 pelabuhan utama di Indonesia, yaitu: Belawan – Medan (Sumatera Utara), TanjungPriok – Jakarta, Tanjung Perak – Surabaya (Jawa Timur), Benoa – Bali, Soekarno Hatta – Makassar. Oleh karena itu, penumpang kapal pesiar dapat dengan mudah memulai keberangkatan dan mengakhiri perjalanan di pelabuhan. (inx)