Release Insider | BOLEH dibilang, target pemerintah mendatangkan 20 juta turis asing ke Indonesia hingga 2019 nanti, bukan main-main. Karena itu, berbagai cara dilakukan pemerintah untuk bisa meraih goal yang fantastis tersebut.
Sejauh mana optimisme pemerintah dalam mencapai target 20 juta turis asing atau yang biasa juga disebut wisatawan mancanegara (wisman)? Waktu yang tersisa tinggal dua tahun lagi. Bagaimana peluangnya?
Untuk menelaah hal ini, ajang Tourism Outlook (ITO) segera digelar di Jakarta pada 1 November 2017. Ajang ITO merupakan salah satu upaya untuk menganalisa prospek, peluang, dan mengumpulkan masukan dari berbagai pihak menuju optimisme tercapainya target kunjungan turis asing pada 2019.
Ajang ITO yang diinisiasi oleh Forum Wartawan Pariwisata (Forwapar) dan didukung penuh oleh Kementerian Pariwisata (Kemenpar) akan menghadirkan sejumlah pembicara dari berbagai kalangan yang kompeten dan terkait langsung dengan sektor pariwisata.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kemenpar I Gde Pitana menyatakan pihaknya menyambut baik ajang tersebut. Ia mengharapkan, ajang ITO mampu menghimpun lebih banyak masukan sekaligus menganalisa prospek pariwisata Indonesia ke depan.
Menurut Pitana, berbagai masukan dari kalangan yang kompeten di bidangnya akan sangat bermanfaat bagi pemerintah untuk merancang dan memberlakukan kebijakan yang mendorong sektor pariwisata makin maju.
”Melalui ITO kami berharap seluruh pemangku kepentingan yang terkait pariwisata dapat memberikan sumbangsih masukannya untuk pengembanga pariwisata Indonesia yang lebih baik ke depan,” katanya.
Chairman PATA Chapter Indonesia Purnomo juga ikut mengapresiasi gelaran ITO. Menurutnya, target 20 juta turis asing bisa saja tercapai dengan kerja keras seluruh lapisan.
”Baik dari pemerintah, pengusaha, pelaku pariwisata termasuk teman-teman dari media. Gotong royong,” katanya.
Ia juga berpendapat, ITO merupakan terobosan yang sangat ideal dalam menyongsong tahun baru 2018.
Pemerintah telah memasang target pada 2019 kunjungan wisatawan mencapai 20 juta wisman dan 275 juta perjalanan wisatawan nusantara (wisnus). Pariwisata diproyeksikan menjadi penyumbang devisa terbesar dengan nilai Rp280 triliun. Adapun indeks daya saing pariwisata ditarget lompat ke posisi 30, dan penyerapan tenaga kerja pariwisata sebanyak 13 juta orang.
Sebagai inisiator dan penyelenggara ITO, Ketua Umum Forum Wartawan Pariwisata Indonesia (Forwapar) Fatkhurrohim, mengatakan ITO diharapkan dapat menjadi ajang untuk mengetahui dan memprediksikan peluang pariwisata di 2018 dan berbagai program pariwisata yang harus digenjot pada tahun depan.
”Maka kami Forum Wartawan Pariwisata sebagai bagian dari sinergi pentahelix pariwisata sangat concern terhadap hal tersebut. Untuk itu, Forwapar bermaksud menyelenggarakan seminar Indonesia Tourism Outlook Pariwisata 2018 sebagai ajang berbagi informasi dan diskusi dalam rangka mendorong pertumbuhan pariwisata Indonesia yang berkelanjutan,” katanya.
Forum ini diharapkan bisa memberikan rekomendasi dan masukan bagi pengembangan pariwisata Indonesia. Skema forum menitikberatkan pada pelaku industri sebagai praktisi, akademisi sebagai pemberi analisis, dan pengamat untuk memberikan prediksi dan prospek.
Semangat Forwapar untuk menggelar seminar ”Outlook Pariwisata 2018” dilatarbelakangi hal sederhana, yaitu banyaknya acara seminar dan peliputan terkait outlook ekonomi pada setiap jelang akhir tahun, namun tidak ada satupun acara outlook yang khusus membahas pariwisata. Forwapar berkomitmen untuk menjadikan seminar ”Indonesia Tourism Outlook” sebagai agenda tahunan.
Ia menilai selama dua tahun ke depan pemerintah dan stakeholder pariwisata harus bekerja keras untuk mengakselerasi pertumbuhan pariwisata Indonesia. Kondisi ekonomi dan pariwisata pada 2018 juga akan menentukan keberhasilan yang ingin dicapai pada 2019.
”Terlepas dari pencapaian positif dan berbagai penghargaan internasional yang diraih pariwisata Indonesia, pekerjaan rumah di sektor yang mempekerjakan 12 juta orang ini masih menumpuk,” katanya.
Ia mencontohkan, masih banyaknya masalah yang timbul terkait pemberlakukan bebas visa kunjungan yang disinyalir hanya efektif mendongkrak kuantitas wisman namun buruk dari sisi kualitas/belanja wismannya. Di samping pekerjaan rumah besar lainnya adalah terkait keberlanjutan lingkungan, yang mana nilai rapor Indonesia dari sisi Environment Sustainability masih kurang yaitu pada peringkat 131 dari 136 negara (TTCI WEF 2017).
Menanggapi hal itu Senior Vice President Hotels & Business Support Patra Jasa Angkoso B. Soekadari berharap melalui ITO dapat dibangun sektor pariwisata Indonesia dengan persaingan yang sehat, bisnis yang berkembang, semua berpikir positif, dan pelayanan yang ditingkatkan. Dengan demikian, ada kepercayaan dunia bahwa pariwisata Indonesia mencerminkan tagline Wonderful Indonesia. ”Wonderful Indonesia is Outlook Pariwisata ke depan,” ujarnya.
Sementara itu President Director Pactoconvex Susilowani Daud juga memiliki harapan agar ITO
mampu menginventarisasi masalah-masalah pariwisata dan bisa langsung memfokuskan diri ke bidang-bidang permasalahannya.
”Dari situ lalu mampu memberikan rekomendasi kepada pemerintah untuk bisa mencari solusinya apa yang harus dilakukan,” katanya.
ITO didukung oleh berbagai pihak yang terkait pengembangan sektor pariwisata, termasuk ASA (Airport Special Assistance) sebagai bentuk layanan JAS Airport Services yang menawarkan bantuan kelas premium.
Pembicara pada ITO 2018 mendapatkan kenyamanan ekstra saat bepergian di terminal Bandara Soekarno Hatta lewat layanan terpadu ASA, seperti asisten pribadi, porter bagasi, lounge, dan bantuan imigrasi.
Sejumlah pembicara yang akan hadir dan menyampaikan paparannya yakni Menteri Pariwisata Arief Yahya sebagai pembicara kunci, pengamat ekonomi Faisal Basri, Senior Vice-President, Government and Industry Affairs, World Travel and Tourism Council – World Travel & Tourism Council Helen Marano, dan Head of Destination Marketing APAC, TripAdvisor Sarah Mathew. (inx)