PKL
Para PKL (pedagang kaki lima) saat bersitegang dengan pihak Pol PP Kota Tasikmalaya, karena dilarang berjualan di area Taman Kota. (Foto: Facebook)
release insider

Release Insider | PARA PKL (pedagang kaki lima) yang biasa mangkal di sekitar Taman Kota Tasikmalaya, kini resah. Sebab, mereka dilarang berjualan di area tersebut dengan alasan mengganggu ketertiban umum dan keberadaan mereka tidak sesuai peruntukan. Benarkah demikian?

Sebenarnya, surat teguran dari pihak Pol PP mewakili Pemkot Tasikmalaya terhadap para PKL, sudah dilayangkan jauh hari sebelumnya. Akan tetapi, mereka tetap bertahan mengingat ”periuk nasi” yang perlu diisi.

Para PKL Taman Kota Tasikmalaya juga sudah mencoba melakukan audiensi dengan pihak pemkot, guna memohon kebijakan agar bisa berjualan di Jalan Andesit tersebut. Pada 18 Mei 2017, sekitar 30 orang pedagang mendatangi Balai Kota untuk menyerukan aksi mereka.

”Kami bukan penjahat. Kami bukan preman. Kami hanya mencoba mencari sesuap nasi dengan cara halal,” demikian ungkap salah seorang penjual jasa penyewaan otoped yang kerap disapa Bang Nias, ketika itu.

Baca juga: Berburu Harta Karun dengan Gerobak Makanan Keliling

Hal senada disampaikan pedagang lain, Ujang, yang mengatakan bahwa mereka tetap menjaga keamanan, ketertiban, bahkan kebersihan di tempat mereka berjualan. ”Aneh kalau dianggap mengganggu ketertiban. Kami berjualan dengan tertib, kok. Bahkan, selalu kami bersihkan setiap kali akan pulang. Kami tidak meninggalkan sampah sedikitpun,” ujarnya.

Keresahan para PKL memuncak karena memasuki Ramadan, mereka tetap dilarang berjualan. Upaya audiensi pun berlanjut meski hingga berita ini diturunkan, belum ada titik temu.

Anggota DPRD Jawa Barat Imran Servia mengusulkan agar Pemkot Tasikmalaya memberikan kebijakan pada para PKL, utamanya selama Ramadan. Politisi Partai Nasdem ini bahkan berharap, Pemkot Tasikmalaya dapat memberikan solusi terbaik untuk para pedagang itu ke depannya.

Hal tersebut disampaikan Imran saat mendengar keluhan para PKL di pelataran Masjid Agung Kota Tasikmalaya, Senin (29/5) sore. Saat itu, para pedagang tampak berjubel di pinggir jalan bersama gerobak mereka karena area Taman Kota ditutup.

Pengunjung kecewa

Pelarangan para PKL masuk area Taman Kota, rupanya tidak hanya membuat resah pedagang. Pengunjung pun ikut kecewa.

Sebab, para pengunjung pada intinya tidak mempersoalkan keberadaan pedagang, dan malah justru merasa diuntungkan. ”Dengan adanya pedagang, kami tak perlu jauh-jauh cari jajanan,” kata Diah (34), salah seorang pengunjung.

Selain itu, dengan berjubelnya para pedagang di pelataran Masjid Agung, membuat pemandangan kota kurang indah. ”Kalau mereka boleh masuk (Taman Kota), kan malah lebih rapi,” ujar Diah menambahkan.

Hal senada diungkapkan Darman (41), pengunjung lainnya. Ia mengaku tak ada masalah dengan keberadaan PKL di Taman Kota. Justru gara-gara tidak dibolehkan masuk, gerobak para PKL malah membuat pelataran Masjid Agung semakin semrawut.

”Coba saja kalau mereka tidak diusir, mungkin seputaran Masjid Agung tidak akan sareukseuk (semrawut, red) seperti sekarang karena para pedagang bergeser mundur,” ujarnya.

Baca juga: KPR BTN Mikro Utamakan Pekerja Sektor Informal

Pengunjung lainnya, Anton (46), mengatakan hal menarik lainnya. Menurutnya, Pemkot Tasikmalaya seharusnya mencontoh Pemprov DKI Jakarta dalam hal penataan Taman Kota. Pria yang kesehariannya bekerja sebagai IT di Jakarta tersebut mengatakan, banyak Taman Kota di DKI menggandeng PKL untuk mengisi spot kuliner.

”Contohnya Taman Barito, Monas, dan masih banyak lagi. Asal ditata dan dikelola dengan baik, pasti hasilnya juga baik. Para pedagang bisa berjualan dengan tenang, pengunjung taman kota juga nyaman,” kata Anton.

Pria yang cukup sering pulang ke Tasik tersebut menambahkan, dengan memberdayakan PKL di Taman Kota, sama saja mengurangi pengangguran. ”Terpenting, legalisasinya jelas. Silakan pengelolaannya diurus langsung oleh pihak pemkot. Saya yakin, para pedagang pasti mau manut dengan tata tertibnya,” ucapnya. (inx)