
Release Insider | TEKNOLOGI nuklir, khususnya teknik mutasi radiasi, ternyata memiliki peran penting di bidang pertanian. Teknik mutasi radiasi menggunakan sinar gamma ini, mampu meningkatkan produktivitas dan ketahanan terhadap hama atau penyakit tanaman.
Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) sudah membuktikannya. Menurut Kepala Batan Djarot Wisnubroto, tujuan teknik mutasi radiasi ini adalah memperbaiki sifat genetik tanaman. ”Sehingga tanaman jadi lebih produktif dan tahan penyakit,” kata Djarot di kantor Batan, Pasar Jumat, Jakarta, Senin (14/11).
Djarot menambahkan, teknik mutasi radiasi memiliki keunggulan yang signifikan dibandingkan dengan lainnya. Sebab, dapat menghasilkan perubahan sifat keturunan yang sangat beragam.
Dengan teknik mutasi radiasi, Batan sudah menghasilkan 22 varietas unggul padi, 10 varietas kedelai, dua varietas kacang hijau, tiga varetas sorgum, dan satu varietas gandum. Saat ini, varietas tanaman kacang tanah sedang dalam proses penilaian Tim Penilai Varietas – Kementerian Pertanian.
Khususnya varietas padi dan kedelai, melalui kerja sama dengan pemerintah daerah, telah ditanam di 24 provinsi di seluruh Indonesia untuk mendukung program pemerintah menuju kemandirian pangan nasional. Sedangkan varietas sorgum sudah diaplikasikan di beberapa daerah di lahan marginal dan kering.
Baca juga: Potensi Limbah Radioaktif
Hasil penelitian Batan tersebut mendapatkan apresiasi posistif dari pemerintah dan masyarakat karena mampu meningkatkan produktivitas pangan secara signifikan. Bahkan, Batan sudah berhasil memperbaiki sifat genetik beberapa varietas padi lokal untuk memperbaiki kelemahannya, seperti umur masih panjang, rentan terhadap penyakit, dan daya adaptasi rendah.
Varietas Pandan Wangi dari Cianjur sudah berhasil diperpendek umurnya dan diperluas daya adaptasinya terhadap berbagai kondisi lahan dengan tanpa mengubah rasa dan aromanya. Saat ini sedang dilakukan perbaikan terhadap varietas Mustaban dari Banten, Rojolele dari Jawa Tengah, Barak Cendana dari Bali (padi merah), Beaq Sembalun dari Nusa Tenggara Barat, Siam Datu dari Kalimantan, dan Kerinci (padi payau) dari Musirawas.
Pusat pelatihan di Asia Tenggara
Apresiasi kepada Batan juga diberikan oleh Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) dan Organisasi Pangan Dunia (WHO) karena telah mengaplikasikan hasil temuannya kepada masyarakat luas. Dengan keberhasilan tersebut kemudian Batan dipercaya menjadi negara yang layak menjadi pusat pelatihan untuk negara-negara di kawasan regional Asia.
Fasilitas penelitian pemuliaan tanaman pangan yang berada di Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) – BATAN juga dinilai setaraf dan memenuhi standar internasional.
Sebagai pionir Regional Capacity Building Innitiative (RCBI) dan Regional Resource Centre dalam pemuliaan tanaman dengan radiasi Indonesia diharapkan dapat membantu IAEA untuk melakukan transfer teknologi kepada negara-negara yang kurang berkembang (less developed countries) di kawasan regional Asia.
Baca juga: Tarik Ulur Energi Nuklir
Terkait dengan hal tersebut IAEA bersama BATAN mengadakan Group Fellowsip Training Course (GFTC) on Plant Mutation Breeding untuk negara-negara di kawasan regional Asia pada tanggal 14 November – 9 December 2016 bertempat di Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) – BATAN, yang disponsori oleh Joint FAO/IAEA Program.
Peserta training terdiri dari 11 peneliti muda dari Cambodia, LAO P.D.R., Mongolia, Myanmar, Nepal dan Tanzania. Hal yang sama telah dilakukan sebelumnya terhadap peserta dari Bangladesh, Burkina Faso, Cambodia, China, India, Indonesia, Korea Republic of, LAO P.D.R., Malaysia, Mongolia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Philippines, Sri Lanka. GFTC adalah bagian dari pilot project IAEA untuk Regional Capacity Building Initiative (RCBI). (inx)