
Release Insider | TERAPI Aflibercept merupakan cara pengobatan terbaru bagi penderita Diabetes Melitus agar terhindar dari kebutaan. Pada Juni 2016, pihak BPOM pun sudah menyatakan bahwa terapi aflibercept yang diluncurkan PT Bayer Indonesia ini, cukup efektif bagi pasien diabetes melitus yang berkembang menjadi diabetik makular edema (DME).
Presiden Direktur PT Bayer Indonesia, Ashraf Al-Ouf, mengungkapkan Aflibercept dapat membantu 20-25 persen dari jumlah total pasien diabetes Melitus di Indonesia, terutama yang menderita retinopati diabetikum dan tahap lanjut akan berkembang menjadi DME.
’’Terapi aflibercept adalah pengobatan DME terbaru, terapi anti-VEGF (Vascular Endothelial Growth Factor) yang membantu mengurangi gangguan penglihatan serta kebutaan pada pasien, serta membantu meningkatkan hasil terapi pada pasien usia produktif dan usia lanjut,” kata Ashraf saat Diskusi Media Inovasi Terbaru untuk Menangani DME di Hermitage Jakarta, Kamis (20/10).
Ia menjelaskan, DME terjadi ketika cairan bocor ke dalam makula, bagian peka cahaya dari retina yang bertanggung jawab terhadap ketajaman penglihatan dan penglihatan langsung sehingga menimbulkan pembengkakan makula atau edema. Beberapa gejala DME adalah penglihatan kabur, hilangnya warna kontras, dan adanya titik buta.
’’Penting bagi pasien diabetes, terutama yang sudah mengidap lebih dari lima tahun, untuk memeriksakan retinanya. Sekitar sepertiga dari orang-orang dengan diabetes, terkait diabetes atau retinopati, penyakit berkembang hingga tahap kerusakan mata,” kata Dr Rumita S. Kadarisman, SpM, Ketua Indonesia Vitreo-Retina Society.
Kerusakan penglihatan akibat DME dapat menyebabkan kesulitan melakukan tugas dan peran sehari-hari, penurunan kualitas hidup pasien, dan risiko dari masalah-masalah kesehatan mental.
’’Tanpa pengobatan, pasien DME dapat kehilangan dua baris dari penglihatannya dalam waktu dua tahun pertama. Dengan diagnosa dini dan pengobatan yang tepat, kemungkinan pasien kehilangan penglihatan dapat diminimalkan dan bahkan dipulihkan, sehingga memungkinkan mereka untuk bisa mendapatkan kehidupan yang normal kembali,” ucap Dr Rumita.
Kepala Divisi Vitreo Retina FKUI-RSCM Kirana, Dr Elvioza, SpM, memaparkan bahwa terapi aflibercept pada pasien DME bertujuan untuk stabilitas penglihatan dengan cara mencegah memburuknya retina dan edema, serta memperbaiki hyper-reflective foci. Selain itu, terapi aflibercept ini untuk terapi pemulihan dengan cara mempertahankan atau meningkatkan koreksi ketajaman visual dan memperbaiki edema.
’’Ada beberapa pengobatan untuk DME, seperti laser khusus yang dapat menutup kapiler bocor dan mengurangi pembengkakan. Ada juga pengobatan dengan pemberian steroid. Yang terbaru adalah terapi anti-VEGF, di mana pengobatan ini akan menghambat VEGF sehingga pembentukan pembuluh darah baru bisa dicegah dan pembengkakan dapat dikurangi,” kata Dr Elvioza.
Terapi anti-VEGF mulai dilakukan sekitar 2006, dengan sistem menyuntikkan obat ke dalam mata menggunakan jarum tipis dan pendek. Cairan ini akan diserap oleh makula dan menangkap VEGF, faktor pertumbuhan pembuluh darah baru, sehingga pembentukan pembulh darah baru akan terhambat.
“Salah satu obat anti-VEGF adalah Aflibercept yang merupakan penggabungan protein yang serupa dengan pengikat alamiah daam tubuh (reseptor) untuk VEGF-A dan Placenta Growth Factor, yang memberikan prosentase kenaikan nilai visus paling tinggi,” kata Dr Elvioza.
Berdasarkan data The Diabetic Retinopathy Clinical Research Network pada 2015, menunjukkan bahwa terapi aflibercept memiliki keunggulan dalam memperbaiki penglihatan dibandingkan penggunaan steroids dan varian lain anti-VEGF.
’’Terpenting adalah terapi aflibercept ini waktunya sangat singkat dan tidak ada rasa sakit sama sekali,” ucap Dr Elvioza. (aan)