Ancaman Proxy War Berlatar Belakang Energi Semakin Nyata

ancaman proxy war berlatar belakang energi

ANCAMAN proxy war berlatar belakang energi saat ini semakin nyata dengan adanya pergeseran konflik dunia sehingga perlu diantisipasi sejak dini. Karena itulah para pemuda harus menjadi agen perubahan sehingga akan muncul energi sosial.

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan, pemuda selalu di depan dan berperan penting dalam pembangunan. ’’Pemuda harus menjadi contoh dalam kehidupan bermasyarakat serta harus selalu menggunakan akal pikiran dan nuraninya dalam bertindak,’’ kata Gatot di hadapan ribuan mahasiswa dan mahasiswi Universitas Tanjungpura (Untan) dalam Orasi Ilmiah pada Dies Natalis ke-57 kampus tersebut di Auditorium Untan, Pontianak Tenggara, Kalimantan Barat, Kamis (19/5/).

Menurut Gatot, disinilah peran mahasiswa yang tak lain adalah pahlawan bangsa, dimana mahasiswa adalah pelajar dengan derajat paling tinggi dan mahasiswa adalah agen untuk perubahan sebetulnya untuk mengalahkan proxy war. ’’Negara kita sudah memiliki semuanya, yakni Pancasila dan semangat gotong royong, maka mari hidupkan lagi melalui civitas akademik ini,’’ ajaknya.

Gatot juga menyampaikan bahwa cadangan energi dunia saat ini sisa 45 tahun dan akan habis jika kita semua tidak berusaha menemukan penggantinya, karena konsumsi energi 2025 meningkat 45 persen, sedangkan peningkatan energi pada tahun 2007-2009 juga memicu kenaikan harga pangan dunia mencapai 75 persen.

’’Di sisi lain, hanya ada negara-negara yang dilintasi ekuator yang mampu bercocok tanam sepanjang tahun. Negara tersebut adalah Amerika Latin, Afrika Tengah dan Indonesia sendiri. Sementara itu, jumlah penduduk dunia akan mencapai 12,3 miliar, itu akan terjadi di tahun 2043, jumlah tersebut tiga kali lipat melebihi daya tampung bumi,’’ ujar Gatot.

Gatot mengungkapkan, di dunia ini hanya ada 2,5 miliar penduduk yang tinggal di garis ekuator, sisanya sekitar 9,8 miliar berada di luar ekuator. ’’Kondisi ini memicu perang untuk mengambil alih energi negara-negara yang berada di garis ekuator, salah satunya Indonesia,’’ ucapnya.

’’Saat ini yang terjadi adalah perang masa kini dengan latar belakang energi akan mengalami pergeseran menjadi perang pangan, air dan energi. Dimana awalnya terjadi di wilayah Timur Tengah, maka secara otomatis akan bergeser menuju ke Indonesia, Afrika Tengah dan Amerika Latin,’’ tegas Gatot.

Gatot juga mengatakan, dunia akan kehabisan energi. Dalam 28 tahun ke depan, bisa saja anak-anak dari mahasiswa yang ada di Untan ini yang akan menghadapi. ’’Saya pastikan nanti anak cucu Indonesia ke depannya yang akan menghadapi kondisi seperti itu,’’ ungkapnya.

Menurutnya, banyak cara dilakukan negara asing untuk menguasai kekayaan alam Indonesia. Saat ini sudah terasa adanya ancaman proxy war dan sudah mulai kita waspadai, karena sudah menyusup ke sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara, caranya dengan menguasai media di Indonesia, menciptakan adu domba TNI-Polri, rekayasa sosial, perubahan budaya, pecah belah partai, dan penyelundupan narkoba. ’’Lepasnya Timor Timur adalah salah satu contoh dampak ancaman proxy war, karena di celah Timor ada kandungan minyak luar biasa yang bernama Greater Sunrise,’’ ujarnya.

Oleh karena itu, Gatot menyampaikan bahwa modal kita dalam menghadapi ini semua adalah geografi dan demografi. Modal geografi yaitu darat yang merupakan negara agraris, sedangkan laut adalah negara maritim. Semua itu harus melibatkan rakyat dan untuk rakyat. Sedangkan modal demografi adalah Indonesia mempunyai kearifan lokal.

’’Pemuda harus mempunyai mimpi yang harus diraih dan ditempuh dengan berdoa, fokus, optimis, action, fleksibel, buat great networking/jaringan, keep learning/belajar dan tentunya semua dilakukan dengan hati yang yang tulus,’’ tandas Gatot.

Di akhir acara, Rektor Universitas Tanjungpura memberikan penghargaan Untan Royale Award kepada Gatot Nurmantyo sebagai salah satu putra terbaik bangsa. Turut hadir pada acara tersebut Aster Panglima TNI Mayjen Wiyarto, Kapuspen TNI Mayjen Tatang Sulaiman, Pangdam XII/Tanjungpura Mayjen Agung Risdhianto, Waasops Panglima TNI Laksma Drs Ir Harjo Susmoro, SH MH, Waaslog Panglima TNI Brigjen Achmad Sudarsono SIP, Rektor Untan Prof Dr H Thamrin Usman, DEA dan Wagub Kalimantan Barat Christiandy Sanjaya. (ncy)